Oleh: Anthony Dio Martin (diambil dari milis resonansi)
Sering kali, kita bisa belajar banyak dari orang yang kita bantu. Setidak-tidaknya itulah yang sering saya alami. Bukannya mengambil keuntungan dari mereka, tetapi rupanya beginilah cara alam mengajarkan sesuatu kepada kita yakni melalui pengalaman orang lain.
Nah, terkait dengan statement tersebut, baru-baru ini saya melakukan terapi dengan seorang entreprenuer yang bisnisnya 'kembang kempis'. Ketika saya lacak masa lalunya, ternyata saya menemukan satu sumber utamanya yakni, "Takut dengan risiko menjadi sukses!"
Lho?! Secara logis, mungkin hal ini kedengarannya tidak masuk akal. Setidak-tidaknya itulah yang mungkin Anda pikirkan. Namun, pada kenyataannya ada banyak orang yang 'gagal' karena takut dengan risiko kesuksesan.
Pada kasus si entrepreneur yang saya terapi tersebut, kenyataannya menunjukkan bahwa ia takut menjadi seperti ayahnya, yang ketika sukses justru menjadi sumber malapetaka bagi keluarganya.
Banyak keluarga jauhnya yang mulai berdatangan dan sangat mengganggu kehidupan pribadi keluarga mereka hingga orangtua mereka akhirnya cerai.
Biaya-biaya kesuksesan
Nah, bicara soal biaya kesuksesan yang seringkali menjadi momok bagi kebanyakan orang. Apa saja sih biaya kesuksesan yang seringkali membuat orang takut untuk berhasil? Tentu saja, kadang-kadang biaya kesuksesan yang membuat mereka cemas dan khawatir ini tidak selalu benar dan kedengarannya terkadang, tidak logis.
Namun, bagi mereka yang laju kariernya terhambat, setidak-tidaknya inilah beberapa alasan yang diciptakan oleh bawah sadar mereka untuk menge'rem'keberhasilan mereka. Apa saja biayanya?
Biaya pertama yang ditakutkan adalah biaya 'disemutin'. Dalam hal ini, memang tak meng-herankan jika orang-orang yang sukses, akhirnya akan banyak orang yang datang kepadanya.
Keperluannya pun beragam. Seperti dikatakan oleh seorang pemenang lotere di Amerika, "Bahkan, orang-orang yang berdatangan kepada saya bukan hanya saja orang yang tidak dikenal tetapi saudara-saudara yang tadinya tidak pernah jumpa ataupun tidak pernah peduli, biasanya akan mulai lengket dan berdatangan."
Biaya sukses kedua adalah 'diliatin'. Di sinilah orang-orang yang sukses dan berhasil biasanya akan kehilangan privacy-nya karena ke mana-mana orang mengenalnya, menyalaminya bahkan mengajak berfoto.
Saya pernah ngobrol dengan seorang politikus terkenal dan ia mengatakan, "Menjadi terkenal itu menyenangkan. Tetapi, pada saat yang bersamaan, saya juga kehilangan privacy saya.Ke mana-mana pergi, semua mata memandang kepada saya".
Kisah ini sering kali terjadi pada para selebritis terkemuka ataupun public figure. Tak meng-herankan jika beberapa selebritas di Amerika, seperti Madonna atau almarhum Michael Jackson, sampai terpaksa menyamar tatkala mau pergi ke luar karena ke mana-mana selalu dibuntuti para paparazi.
Sebenarnya, bukan saja kehilangan privacy, tetapi mereka pun akan 'diliatin' setiap gerak-gerik, sikap, dan tindakan mereka. Kalau tindakan orang yang 'biasa-biasa' saja, umumnya tidak akan dianggap, tetapi semua komentar dan perbuatan orang-orang yang terkenal, biasanya justru akan dapat sorotan yang lebih tajam.
Biaya sukses ketiga adalah 'diomongin'. Tentu bukan hal yang aneh jika menjadi orang ter-kenal berarti risikonya adalah digosipkan atau dibicarakan.
Bahkan semakin tinggi posisi kita, risiko untuk dibicarakan akan semakin tinggi. Dalam pekerjaan misalnya, yang biasanya menjadi target gosip para karyawan biasanya adalah kehidupan bos-bos mereka.
Tentu saja, yang namanya digosipin, maka bisa beredar antara fakta yang bercampur de-ngan opini-opini yang menjadi 'bumbu-bumbu'-nya.
Terkadang, diomongin seperti ini bisa membuat karier hancur ataupun memberikan masalah baru dalam kehidupan pribadi, termasuk stres yang luar biasa.
Seperti, pernah terjadi dalam sebuah acara tayangan soal gosip para selebritas di TV, yaitu seorang artis yang baru saja cerai mengatakan dengan kesal, "Saya sudah kenyang dengan berbagai gosip soal saya. Jangan ditambahkan lagi!"
Biaya sukses keempat adalah 'dijahatin'. Salah satu risiko lain menjadi sukses adalah menciptakan musuh-musuh yang tidak senang dengan kesuksesan dan keberhasilan Anda.
Biasa jadi mereka adalah kompetitor-kompetitor bisnis Anda, yang lebih kurang beruntung. Ataupun, yang baru saja Anda kalahkan. Akibatnya, mereka berusaha melakukan apa pun, supaya Anda bisa jatuh dan gagal.
Bahkan, bukan hanya ini saja, 'dijahatin' bisa berakibat hingga nyawa Anda direnggut, dengan berbagai upaya oleh orang-orang yang benci, iri ataupun tak senang melihat sukses Anda.
Mengantisipasi biaya
Menjadi sukses tentunya menjadi impian setiap orang, tetapi satu hal yang perlu disadari adalah kesuksesan tersebut datang, bukannya tanpa biaya ataupun ongkos yang harus dibayar.
Tidaklah mengherankan jika ini berakibat, bukannya Anda menggerakkan diri Anda mencapai sukses, justru 'tanpa sadar' Anda berlayar menjauhinya. Nah, bagaimana cara terbaik menyikapinya?
Langkah pertama tentunya, sudah siap dan paham akan adanya risiko kesuksesan ataupun harga yang harus dibayar. Dengan cara ini, maka tatkala kesuksesan menghampiri kita dengan berbagai keuntungan dan ongkos yang mesti dibayar, maka kita telah siap.
Banyak orang yang ingin sekali sukses dan tatkala mencapai suksesnya, justru menyabotase kesuksesan mereka karena merasa tidak sanggup membayar ongkos kesuksesan ini.
Langkah kedua adalah mengubah biaya-biaya di atas justru menjadi nilai tambah dan manfaat bagi Anda. Misalkan saja, menjadi sukses adalah diperhatikan, dicontoh, dan dilihat perilaku kita.
Maka, dengan demikian, kita pun bisa menyebarkan pengaruh yang baik lewat tindakan dan kesuksesan kita. Sebagai contoh, pemain sepak bola terkenal, Kaka, justru menggunakan popularitasnya untuk mengajarkan soal kecintaan kepada keluarga.
Pengaruhnya menjadi begitu besar karena selain dia adalah pemain bola terkenal, orang pun mendengarkan apa yang ia katakan. Begitu pula, orang-orang yang 'menyemut' kepada Anda, sebenarnya bisa Anda pengaruhi secara positif.
Langkah ketiga, tentunya menyadari bahwa tidak semua kesuksesan pasti harus dibayar dengan biaya yang telah disebutkan. Saya menge-nal banyak orang yang sukses, tetapi keluarganya justru semakin mendukung dan memberinya motivasi.
Bahkan, sanak saudara dan familinya justru datang memberinya dukungan moril dan mete-riel yang semakin kuat untuk mempertahankan kesuksesannya.
Dengan demikian, berarti sangat penting bagi kita untuk mengetes dan melawan 'self talk' dalam diri kita yang negatif mengenai sukses.
Setiap kali kita melihat diri kita mulai mengatakan hal-hal buruk tentang kesuksesan kita, mulailah kita bantah sendiri omongan negatif di pikiran kita tersebut.
Janganlah sampai sebelum kita meraih sukses, kita sendiri sudah mengorupsi kesuksesan kita. Ataupun, ketika kita sampai di puncak kesuksesan, justru pikiran kitalah yang menyabotase keberhasilan kita sendiri.
Memang ada ongkos menjadi sukses, tetapi pikirkanlah hal-hal positif yang akan Anda raih dari kesuksesan itu. Rasanya, akan jauh lebih menyenangkan daripada ongkos yang harus dibayar. Dengan demikian, kita bahkan lebih siap lagi untuk meraih sukses kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar